Bromo

meski sesaat, takjub sore ini terasa lebih
bertubi namun pasti mulut merapalkan tasbih
satu lagi anugrah indah alam ini membuat kedirianku beku
di titik delapan derajat celcius terasa hangat mata hatiku

dua puncak berkejaran nun jauh di sana
ditingkah gumpalan awan yang merana
cercah mentari tak adil memilih
cuma jalinan edelweiss yang merintih

akankah seindah ini surgaku kelak
tak mungkin janji allah terelak
bila masih tersisa umat tergeletak
itu karna mereka tak mau putar otak

bromo, tengger dan mahameru
menjanjikan kecantikan alami nan memburu
syukurku bersitumpu menderu-deru
menghaturkan sembah yang kian mengharubiru

tiba-tiba terngiang di gendang telingaku, menusuk nusuk
kepalaku tertunduk dalam-dalam, khusyuk
fa-biayyi alaa’i rabbi kuma tukadzdzi ban
maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Bromo, 17 Juni 2012

Komentar

Postingan Populer