Roso

Lik Darmo adalah kawan SMP ayahku yang hidup dan kehidupannya kurang begitu beruntung. Dia tidak menikah apalagi dikaruniai anak. Hidupnya kini menumpang di pojokan rumah ayahku yang berupa ruwar (rumah warung). Ayahku tidak keberatan menampungnya, dengan catatan setiap adzan subuh berkumandang, pojokan warung itu sudah mesti bersih dari segala perabotan miliknya. Jam 11 malam pojokan tersebut kembali boleh ditempati. Masa antara subuh sampai jam 23 tersebut Lik Darmo tidak diijinkan masuk ke warung. Paling dekat dia dibolehkan duduk di 'buk'  (serapan dari bahasa belanda burg, yang artinya benteng atau tembok) samping warung. Makanan dan minuman akan diantarkan ke buk itu oleh anak-anak ayah, termasuk aku yang juga sering kebagian tugas ini. 

Kalau memang dia sahabat ayah, kenapa kok dia tidak diperlakukan sebagaimana layaknya seorang sahabat. Yang bisa bertandang ke dalam warung atau ke dalam rumah dengan leluasa? Ayah punya alasan tersendiri mensikapi hal ini. Kondisi Lik Darmo saat itu bisa dibilang sebagai orang yang kurang sehat secara mental.  Tentunya ayah tidak menginginkan bantuan pada sahabatnya tersebut justru akan menjadi bumerang.  Kalau para pelanggan menyadari ada orang kurang waras berada di dalam warung, mereka bisa urung bertandang ke warung ayahku. 

Ayah tidak pernah mengatakan kepada kami bahwa Lik Darmo gila, namun dari perangainya kami memang melihat ada sedikit kelainan pada perilakunya. Dia suka menyanyi sendiri sambil bertingkah seolah sedang memegang sebuah gitar virtual. Suaranya sebenarnya lumayan merdu, apalagi ketika menyanyikan lagu keroncong dan langgam jawa. Yang aneh adalah, dalam asyiknya dia bernyanyi, terkadang dia bisa merasa sangat terganggu oleh kehadiran sosok astral yang orang lain tidak bisa melihatnya. Kalau sudah demikian, dia akan mengusir sosok tersebut dengan mengibaskan tangan sambil uring-uringan. "Sudah kubilang, jangan ganggu aku lagi. Aku bukanlah lelaki pilihan. Pergi sana!"

Begitu seringkali aku mendengar ocehannya. Sejurus kemudian dia akan asyik bernyanyi kembali 

Sewu kuto uwis tak liwati
Sewu ati tak takoni
Nanging kabeh
Podo rangerteni
Lungamu neng endi
Pirang tahun anggonku nggoleki
Seprene durung biso nemoni

Wis tak coba
Nglaliake jenengmu
Soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Isih tresno sliramu

Aneh. Tadi dia mengusir sosok ilusi yang muncul, tapi sekarang dia bernyanyi mencari seseorang. 
***

Ayahku pernah bercerita asal muasal gangguan pikiran yang terjadi pada Lik Darmo. Sejatinya semenjak sekolah dulu Lik Darmo termasuk siswa yang cemerlang. Setiap akhir tahun ajaran, dia pasti selalu menyabet ranking pertama. Dia juga jago dalam urusan olahraga serta kesenian. 

Olah raga favoritnya adalah sepak bola. Bahkan dia sudah diajak memperkuat klub kabupaten untuk persatuan sepak bola seumurnya dikarenakan kelihaiannya menggocek bola. 

Dalam hal kesenian, selain mahir memainkan gitar, biola serta celo, dia juga berbakat membuat sendiri alat-alat musik bertabung tersebut. Semua keahliannya tersebut didapat dari ayahnya yang memang merupakan salah satu buaya keroncong di kabupaten ini. 

Dengan semua prestasinya tersebut maka di jamannya, Lik Darmo merupakan pemuda idaman banyak pemudi. Kalau dia mau, banyak kawan wanitanya yang dengan kasat mata menunjukkan rasa suka mereka. Namun anehnya Lik Darmo hanya menyukai seorang wanita cantik keturunan Tionghoa, anak seorang dokter. Cewek cantik bermata sipit tersebut sebenarnya juga menaruh hati pada Lik Darmo, namun keluarganya sangatlah konservatif. Dia hanya diijinkan berhubungan dekat dengan sesama keturunan Tionghoa, dan diharapkan juga bertitel dr. di depan namanya. 

Konon kabarnya  akhirnya Lik Darmo dan cicik itu melakukan hubungan back street. Mereka mencoba mendobrak kekakuan prinsip orangtua mereka demi getar-getar cinta yang semakin lama kian membara membakar hati mereka. Hubungan ini berlangsung aman sampai mereka lulus SMA, namun akhirnya ketahuan juga oleh sang dokter. Tanpa banyak bicara kekasih Lik Darmo langsung dikirim kuliah ke negeri nenek moyangnya, yaitu China. 

Tinggallah Lik Darmo yang meratapi nasibnya, menyanyikan lagu Sewu Kuto sepanjang hari. 

Umpamane kowe uwis mulyo
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengin ketemu
Senajan sak kedeping moto
Kanggo tombo kangen jroning dodo

Wis tak coba
Nglaliake jenengmu
Soko atiku
Sak tenane aku ora ngapusi
Isih tresno…
***

Satu babak kehidupannya ini memang sempat menggoncang pribadi Lik Darmo. Dia yang dulunya periang, suka berkumpul dengan kawan-kawannya, kemudian menjadi pemurung, cenderung pemarah serta penyendiri. Untunglah kesedihan saat itu terobati ketika Lik Darmo mendapatkan sebuah kabar gembira. Dengan prestasinya semasa SMP maupun SMA, dia mendapat undangan untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang sangat terhormat yaitu menjadi Taruna Akademi Kepolisian, tanpa tes. 

Tentu saja hal ini sangat melegakan hati Lik Darmo. Bayangan menjadi seorang perwira polisi sudah tergambar di pelupuk matanya. Dalam hatinya muncul harapan, kalau nanti sudah lulus pendidikan kepolisian, maka dia akan memiliki kemampuan serta fasilitas untuk melacak pujaan hatinya. Dan dia sangat yakin dengan posisi terhormat sebagai seorang perwira polisi, pak dokter calon mertuanya tidak akan menolak lamarannya. 

Manusia boleh berencana, namun Tuhan berkehendak lain. Ketika semua urusan administrasi sudah dipenuhi, satu masalah tak terduga tetiba saja muncul. Malam sebelum keberangkatan ke Semarang, ada seorang oknum yang meminta 'uang gedung' dalam jumlah lumayan besar untuk ukuran orang tua Lik Darmo yang hanya seorang pedagang sayur mayur. Kabarnya waktu itu ada dua kandidat yang berasal dari SMA Lik Darmo, dan sebenarnya kandidat pertama adalah Lik Darmo. Namun jika kandidat pertama tidak sanggup memenuhi prasyarat uang gedung, maka kesempatan akan diberikan kepada kandidat selanjutnya. 

Hancur leburlah masa depan Lik Darmo hanya dalam waktu semalam. Musnah semua impiannya. Dan sejak malam itu Lik Darmo mengurung dirinya di kamar tanpa mau keluar lagi selama bertahun-tahun. Rambut, kumis, berewok bahkan kukunya memanjang tanpa terurus. Dia hanya keluar kamar ketika ada kebutuhan alam mendesak, yaitu makan, minum atau ke WC. Dia tidak mau lagi bicara dengan orang lain, mandi atau melakukan aktifitas lainnya. 
***

Ayahku bertemu lagi dengan Lik Darmo ketika suatu hari tak sengaja sedang mencari perlengkapan warung di pasar kabupaten. Dia seperti mengenal seorang dengan dandanan sangat kumuh, rambut panjang dan berbau sangat menyengat sedang tiduran di sudut pasar. Begitu menyadari bahwa orang kumuh tersebut ternyata memang sahabat sekolahnya dulu, maka diajaknya Lik Darmo pulang ke rumah. Sebelum pulang Lik Darmo dibawa ke barber shop agar rambutnya dipotong untuk kemudian disuruh mandi di kamar mandi umum pasar. 

Rupanya saat itu Lik Darmo sudah yatim piatu dan karena menyandang rasa malu akibat merasa gagal dalam hidup, dia memilih untuk menggelandang di pasar dan terminal. Sesampai di rumah, Lik Darmo dikenalkan kepada kami, keluarga besar warung, dan semenjak itulah rutinitas seperti yang telah aku ceritakan pada awal cerita ini dimulai. 

Saat itu aku tengah duduk di bangku SMP kelas 2. Entah kenapa aku gampang iba setiap melihat orang yang bernasib seperti Lik Darmo. Mungkin hal ini disebabkan oleh  perangaiku yang sangat sanguin, begitu feeling dan ekstrovert. Maka setiap kali ada kesempatan untuk mendekatinya, pasti aku akan ambil peluang tersebut, termasuk membawakannya makan dan minum. Acapkali bahkan sepulang sekolah, aku ambil gitar ayah dan meminta Lik Darmo menunjukkan kebolehannya. Dan luar biasanya, dia memang sangat ahli dalam memainkan alat musik ciptaan Paganini tersebut. 

Bukan hanya piawai dalam memainkan gitar, dalam kesadarannya, dia juga merupakan guru musik yang sangat jago. Beberapa racikan melodi gitar seperti Romance D'Amour, Fur Elise, Aline dll aku pelajari darinya. Dia bisa mengajar dengan sangat telaten, dan di saat seperti itu aku seperti tidak percaya bahwa yang sedang mengajariku bermain gitar ini adalah orang yang terganggu jiwanya. Lucunya, ketika ada petikan melodiku yang melenceng, spontan dia akan berteriak "e'eh". Dan seringkali aku menggodanya dengan sengaja memelesetkan tekanan jari kiri saya pada fret gitar, sehingga dia akan latah berteriak "e'eh".

Terkadang aku iseng menanyakan siapa sosok virtual yang suka mengganggunya. Di luar dugaan, dengan lancar dan penuh semangat Lik Darmo bercerita bahwa sosok itu merupakan seorang putri. Dia mulai sering didatangi sosok virtual tersebut setelah melawat ke gua Sunyaragi di Cirebon. Konon kabarnya sosok tersebut merupakan Putri Sultan Cirebon pertama yang  saking tafakur dan khusyuknya belajar agama sehingga lupa kewajiban sebagai perempuan dan menjadi seorang istri, maka hingga akhir hayatnya dia tidak menikah. Namanya adalah Perawan Sunti. 
***

Satu hal lagi yang aku kagumi dari Lik Darmo adalah pemahamannya mengenai diri manusia. Bahkan karena pemahamannya ini aku yakin sebenarnya dia tidak sedang terganggu jiwanya. Orang lain hanya belum memahami dirinya saja. Dia sering menasehatiku, jika ingin sukses dan bahagia dalam hidup, maka kita perlu bersahabat dengan roso

Awalnya aku kurang paham apa yang dimaksud dengan roso ini. Apakah maksudnya adalah rasa makanan? Atau perasaan? 

Dan dengan gamblang dia bisa menjelaskan bahwa roso adalah ego manusia. Maka dalam bahasa Jawa, manusia disebut sebagai Manungso kepanjangan dari Manunggaling Roso. Manunggaling berarti bersatunya atau menjadi satu. Roso di sini bukanlah rasa atau perasaan. 

Roso merupakan perwakilan dari bagian-bagian diri manusia yang dimanifestasikan dalam simbol-simbol perasaan itu sendiri. Ada roso saat kecewa, sedih, bahagia, senang, menghadapi satu masalah atau kejadian. 

Maka penyebutan 'manungso' oleh orang Jawa dahulu menandakan bahwa mereka sudah memahami kalau manungso adalah tempat berkumpulnya ego menjadi satu. Mereka telah memahami bahwa ego dalam diri manungso itu banyak. Untuk itulah lahir konsep 'sedulur papat limo pancer' dimana para leluhur Jawa ingin memberikan metafora tentang emosi manusia.

Menurutnya barangsiapa mengenali roso ini maka pada hakekatnya dia telah mengenali Gusti Allah. Dan pengendalian pada roso di dalam setiap diri manusia akan membuat orang tadi juga mampu mengendalikan roso orang-orang yang berada di sekitarnya. Bahkan lanjutnya lagi, seseorang yang mampu mengendalikan rosonya, dengan mudah akan mampu menduplikasi roso orang lain ke dalam dirinya. Wow, aku semakin takjub dengan pemahaman sahabat ayahku yang terkesan sakit jiwa ini. 

Perbincangan-perbincangan unik seperti itu anehnya sangat menarik perhatianku, sehingga aku betah berlama-lama ngobrol dengan Lik Darmo. Namun semua keasyikan itu mesti berkurang ketika aku melanjutkan jenjang pendidikan SMA ke kota pelajar, Yogyakarta. Dus, ketika pulang kampungpun, aku lebih memilih untuk bermain bersama kawan SMP yang lama tak berjumpa, sehingga semakin jarang aku berbincang dengan Lik Darmo. Sampai ketika aku duduk ke kelas 3 SMA, aku mendengar kabar bahwa Lik Darmo meninggal karena sakit jantung. 
***

Selepas dari bangku kuliah, aku mencari peruntungan dengan bekerja sebagai tenaga marketing obat-obatan di ibu kota. Karirku di perusahaan pertama lumayan bagus. Dalam kurun waktu 2 tahun aku sudah berhasil mencapai jenjang supervisory, dan ajaibnya adalah tanpa melalui proses ujian.  Sementara banyak seniorku yang sudah bekerja puluhan tahun, namun masih berada dalam posisi medical representative. Dan sudah menjadi peraturan perusahaan bahwa syarat mencapai jenjang supervisory minimal adalah 5 tahun bekerja setelah melalui serangkaian uji kompetensi. 

Tentu banyak pihak yang iri dan mulai kasak kusuk mensikapi pesatnya karir yang kucapai. Namun anehnya tak ada satupun kawan, baik kawan satu angkatan maupun para senior yang membenciku. Entah kenapa mereka malah seolah berebut menjadi sahabat terbaikku. Bahkan ketika aku dipromosikan menjadi manajer pada tahun kelima, ssahabaku justru makin bertambah banyak. Mereka rajin bertanya, apa tipsku sehingga karir bisa melesat ibarat roket tersebut. 

Sejujurnya aku juga heran dengan pencapaianku ini. Kalau diingat sebenarnya prestasi ppenjualaku tidak bagus amat. Masih banyak kolegaku yang memiliki prestasi penjualan lebih tremendeus. Yang aku bisa ingat adalah aku memang memiliki banyak sekali sahabat, baik itu dari kalangan kawan satu angkatan, senior, junior, bahkan para atasan dan dokter. Rerata mereka merasa nyaman ketika berada dekat denganku. Memang selain aku suka melakukan story telling, aku juga menguasai beberapa trik sulap sederhana yang mampu mencairkan suasana. 

Terkadang aku teringat pesan Lik Darmo, apakah ini yang dinamakan pengendalian roso? 

Dan pertanyaan-pertanyaan tadi terjawab ketika dalam salah satu pelatihan, aku berkenalan dengan keilmuan NLP (Neuro Linguistic Programming). Rupanya NLP juga mengenal roso. Secara lebih tepatnya dalam tubuh manusia ini ada satu komponen virtual yang disebut states. States atau kondisi pikiran/emosional dalam satu waktu tertentu ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa pada manusia. States merupakan penggerak utama perilaku manusia. Jika ke dalam diri disebut pose atau postur sementara jika sudah keluar disebut dengan perilaku atau kebiasaan. Maka jika ingin mengubah perilaku seseorang, kita perlu mengubah state atau roso orang tersebut. 

Wow, luar biasa. Ternyata pemahaman Lik Darmo selama ini tidak jauh beda dari dua genius peramu NLP, yaitu Richard Bandler dan John Grinder. Dan ternyata aku malah sudah mempraktekkan pengelolaan roso ini, jauh sebelum mempelajari NLP. Rupanya itulah rahasia keberuntungan yang aku peroleh selama ini. 
***

Yang aku masih merasa heran adalah, seingatku Lik Darmo tidak pernah mengajarkan teknik pengelolaan roso ini. Kami hanya berbincang dan bercakap-cakap saja. Dan memang sebenarnya keheranan itu masih aku rasakan sampai sekarang. Apa pasal? Semua cerita Lik Darmo mengenai kegunaan penguasaan roso itu terjadi padaku. Dengan mudah aku mampu menguasai keahlian yang dimiliki orang lain. Aku bisa menjadi supervisor dan manager dalam waktu singkat itu karena aku memerhatikan perilaku supervisor dan managerku, untuk kemudian aku tiru perilaku mereka. Copy-paste. 

Bahkan, sekarang ini aku bisa berprofesi sebagai professional hypnotherapist setelah dengan cepat aku bisa ngulik keilmuan hipnoterapi dari guru-guruku. Beberapa kasus berat seperti LGBT, kecanduan narkoba, kasus perselingkuhan pasutri,dll juga berhasil kutangani, bahkan dengan teknik yang  tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Jika ada kolega bertanya, aku akan menjawab, trust your subconscious. Gunakan Know Nothing State. 

Dan semua keherananku tadi terjawab beberapa tahun lalu ketika aku mengalami kecelakaan mobil. Hari itu jadwalku lumayan padat. Setelah seharian memberikan pelatihan kepada karyawan baru, jadwal dilanjut dengan meeting bersama marketing support operation team sampai jam 9 malam. Dalam kondisi exhausted, aku paksakan untuk menyetir pulang ke Bogor. Karena kantuk sudah tak tertahan lagi, maka aku putuskan untuk istirahat sejenak di rest area Cibubur Square. Tak terasa satu jam juga aku terlelap di ruas tol jagorawi km 20 ini. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.15, maka aku bergegas memacu mobilku menuju rumah. Namun baru sejenak meluncur, entah kenapa serangan kantuk itu terjadi lagi. Terpaksa aku berjalan pelan sembari mencari rest area selanjutnya, yaitu setopan sentul. Alhamdulillah, aku bisa sampai setopan sentul dengan selamat, dan langsung terlelap lagi. 

Hanya sekitar setengah jam terlelap, aku sudah terbangun lagi, dan buru-buru menginjak pedal gas karena empuknya bantal di rumah sudah terbayang di pelupuk mata. Baru keluar tol Kedunghalang, rasa kantuk mulai menyerang lagi. Namun aku berpikir sudah tinggal 10 menit lagi sampai rumah. Selain itu juga sudah tidak ada rest area lagi yang aman untuk beristirahat. Maka aku memutuskan untuk terus pulang. Aku injak pedal gas makin dalam. Mobil melesat kencang dengan kecepatan 100 km/jam. 

Mendekati underpass jalan baru, tetiba saja aku mendengar suara benturan yang sangat keras. Dhuarrrr

Dan setelah itu aku merasa seakan sedang menaiki roller coaster yang berputar sangat kencang sampai pusing kepala ini. Aku melihat dalam gerakan lambat kaca mataku terlepas. Handphone juga terpental dari saku. Tempat tisu, spion dalam juga ikut beterbangan. Aku sempat mendengar seperti suara kaca pecah, namun sedikitpun aku tidak merasakan pecahannya. Putaran yang aku rasakan barangkali ada sepuluh kali, namun saat itu aku serasa sedang berada di dalam balon yang terbuat dari sutera, yang sangat lembut sekali permukaannya. 

Ketika tersadar, sudah banyak orang yang berkerumun di sekeliling mobilku. Rupanya aku mengalami kecelakaan tunggal. Ban mobil sebelah kiri menghantam trotoar sebelum memasuki underpass, sehingga mobil terguling beberapa kali di dalam underpass. Melihat mobil yang hancur lebur, semua orang mengira penumpangnya sudah ikut hancur bersama mobilnya. Namun ajaibnya, aku tidak tergores sedikitpun dalam kecelakaan tersebut. Memang aku sempat merasa ngeri malam itu ketika menyadari hancurnya mobil yang aku kendarai. 

Setelah mobil diurus oleh pihak asuransi, aku menelpon istriku minta dijemput sambil mengabarkan bahwa aku selamat meskipun mobil sudah tidak bisa dikendarai lagi. 

Malam itu, di kamarku, antara tidur dan tersadar tetiba saja muncul satu sosok perempuan cantik berambut panjang. Dia mengenakan baju terusan putih dengan selendang putih yang sangat panjang berkibar tertiup kipas angin kamarku. Suaranya pelan namun terdengar jelas di telingaku dia berkata, "Assalamualaikum Tole, mungkin kamu heran dengan perjalanan hidupmu selama ini. Dengan kemudahan-kemudahan yang kamu peroleh selama ini. Dan mungkin kamu juga masih kaget dengan peristiwa kecelakaan malam ini. Aku akan jelaskan semua sekarang. Aku akui, selama ini aku yang membantu kamu. Aku lakukan semua ini sebagai rasa terimakasihku karena kamu sering membantu pujaan hatiku, yaitu Mas Darmo. Jadi semua pengelolaan roso yang dimiliki Mas Darmo memang sudah langsung menurun pada dirimu begitu Mas Darmo wafat. Dan malam ini, selendang sutera putih inilah yang menyelimuti dirimu ketika mobilmu terguling tadi. Aku datang malam ini sekalian ingin berpamitan. Sepertinya hutang budi Mas Darmo sudah lunas, jadi sudah saatnya aku pergi. Pesanku, olah terus roso yang ada dalam dirimu, maka kelak kamu akan menjadi panutan para pencari ilmu ini. Selamat tinggal Tole. Wassalamualaikum"

Agak tergeragap aku ingin menjawab salamnya, "Alaikum salam. Sebentar jangan pergi dulu, aku hanya ingin tahu siapa Panjenengan?"

Sosok itu sudah menghilang, hanya aroma melati yang tersisa, dan sayup-sayup masih terdengar jawabannya, "Ya, aku adalah Perawan Sunti"

Bogor, awal November 2019


Komentar

Postingan Populer